Baturijal adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Indragiri Hulu Kecamatan Peranap. Kabupaten Indragiri Hulu terletak paling ujung Kabupaten Indragiri Hulu.
Negeri ini diperkirakan berdiri pada abad ke 17 sewaktu pemerintahan
Sulthan Mahmud Sah dari Aceh yang menguasai Indragiri. Tempat yang pertama yang ditunggu yaitu Koto Tuo tepatnya di daerah Durian Simat yang sekarang.
Di daerah ini terdapat sebuah mesjid yang dibangun masyarakat pendatang yang telah beragama Islam. Pada suatu ketika maka terjadilah suatu bencana yang menimpa mesjid tersebut. Bencana itu terjadi akibat perbuatan mesum manusia.
Mesjid yang telah berdiri dengan megah dan yang telah dibangun dengan susah payah akhirnya terbenam ke dalam tanah sehingga terbentuklah sebuah lubang besar. Dari lubang tersebut keluarlah pacat yang beribu- ribu banyaknya. Setelah kejadian tersebut meninggallah seorang bayi dalam ayunan akibat digigit pacat dan akhirnya masyarakat pun berpindah tempat. Tempat lama yang mereka tempati disebut Negeri Mesjid Tagubuih. Lubang bekas mesjid tersebut masih dapat kita lihat sekarang. Tetapi pacatnya banyak luar biasa.
Sebenarnya Baturijal terdiri atas dua kata yaitu Batu dan Rijal. Batu artinya keras sedangkan Rijal artinya Jantan, jadi Baturijal artinya batu jantan atau lebih tepatnya jiwa / watak yang keras .
Baturijal menurut sejarahnya sebagian berasal dari Provinsi Jambi, Aceh, Minang kabau dan Suku Pedalaman / Talang yang merupakan penduduk asli.
1.
Konon Baturijal adalah sebuah Legenda yang menurut ceritanya: ” Bahwa Baturijal adalah batu yang berasal dari Jambi. Yang datang ke Baturijal adalah Batu Betina sedangkan yang ada di Baturijal itu sendiri adalah batu jantan berwarna Hijau, maka disebutlah Batu Hijau / Baturijal.
Karena batu hijau tersebut sangat keras dan tidak bisa dipecahkan maka dinamakan baturijal atau Batu Hijau .Batu tersebut sampai saat ini masih bisa dilihat di daerah Gaung pada waktu air surut. Batu tersebut memiliki lubang mulut yang sangat besar yang di dalamnya ada buaya, tetapi buayanya tidaklah mengganggu karena itu buaya penunggu.
Diperkirakan batu tersebut panjang 15 meter dan memiliki badan sebesar 2 meter melingkar, sedangkan pecahan batu betinanya sudah tidak ada lagi ditemukan. Inilah sebabnya maka bahasa Baturijal mirib dengan bahasa dari Jambi, berdasarkan fakta sejarahnya bahwa sebagian penduduknya berasal dari Jambi.
Batu yang datangnya dari Jambi mengapa bisa berjalan ? ini adalah salah satu sebab akibat seorang anak perempuan yang tidak mau mendengarkan perintah ayahnya, dia hanya bisa membantah apa yang dikatakan ayahnya. Sedangkan ayahnya bernama Si Pahit Lidah, Si Pahit Lidah sudah berapa kali menasehati anaknya agar anak perempuannya tidak jadi pergi merantau.
“ Nak, janganlah kamu pergi merantau, nanti apabila kamu pergi merantau kamu akan mendapatkan musibah yang sangat besar menimpa dirimu. Bapak tidak mau kalau terjadi apa – apa sama kamu, Bapak takut kalau Bapak harus kehilangan anak perempuan Bapak.”
Tetapi si anak dengan kasarnya menjawab “ Tidak Pak , walaupun Bapak tidak memberi aku izin aku akan tetap pergi juga. Jadi percuma saja Bapak memberi aku nasehat karena aku tidak akan mendengarkan nasehat Bapak.” 2.
Dengan lancangnya si anak bicara sangat keras, tanpa memikirkan perasaan orang tuanya yang telah mendidik dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang, tetapi apa balasannya si anak malah membantah dan tidak mau mendengarkan nasehat ayahnya.
Mendengar apa yang telah dikatakan anaknya itu Si Pahit Lidah tidak sanggup lagi menahan rasa sedih . Hatinya pedih bagai di sayat sembilu, tanpa disadari air matanya telah bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.
Si Pahit Lidah sangat sedih mendengar perkataan anaknya itu. Dalam hati ia tidak menerima perlakuan kasar anaknya. Karena tidak bisa menerima kelakuan anaknya maka pada saat itu juga Si Pahit Lidah berbicara sangat kasar kepada anaknya itu dan tanpa disadari dia telah mengutuk anaknya menjadi sebuah batu yang sangat besar.
“ Dasar anak durhaka, anak tak tau balas budi, apa ini balasan kamu kepada orang tua mu yang telah mendidik dan membesarkan kamu dengan penuh kasih sayang? Ternyata bapak salah menilai kamu selama ini , bapak pikir kamu adalah anak yang baik dan berbakti kepada orang tua, ternyata kamu malah menyakitkan hati orang tua kamu. Terkutuklah kamu menjadi sebuah batu yang sangat besar. Kata – kata itu keluar dari mulut sang ayah.”
Sedangkan anaknya yang lagi ada di dalam perjalanan tiba – tiba dia melihat awan di sekitarnya berubah menjadi gelap dan bergemuruh tanpa disadari anak perempuannya itu berubah menjadi sebuah batu besar.
“Tolong . . . . tolong . . . . tolong. . . .!, maafkan aku bapak aku baru menyadari bahwa kesalahanku ini sudah membuat bapak sakit hati”. Itu kata – kata yang terus keluar dari mulut anak itu sebelum seluruh badannya berubah menjadi batu. Tetapi semuanya telah terlambat “ nasi telah menjadi bubur ” . sekarang anak itu telah menjadi sebuah batu besar. 3.
Batu inilah yang berjalan karena terbawa arus air yang sangat deras sehingga sampai ke Baturijal. Di Baturijal batu betina ini bertemu dengan batu jantan dan akhirnya bertabrakan, di saat tabrakan itu terjadi , batu betina pecah karena dia tidak bisa mengalahkan batu jantan yang sangat keras dan sulit untuk dikalahkan / dipecahkan.
Maka dari situlah desa Baturijal disebut dengan Baturijal / Batu Jantan karena kekuatannya yang sulit untuk dipecahkan maupun dikalahkan. Dan sampai sekarang nama itulah yang disebut – sebut orang dan dijadikan sebuah nama desa Batu Rijal.
Pada umumnya masyarakat Baturijal, memang memiliki watak yang keras seperti dengan nama daerahnya “ Batu Rijal “. Kebanyakan masyarakat luar merasa takut untuk datang ke daerah Baturijal pada zaman dahulu, dan dari wataknya kita bisa mengkaji dari satu peristiwa yang pernah dialami, seperti yang pernah dialami oleh Sinta dan teman – tamannya.
Pada saat itu Sinta sedang melintasi daerah Baturijal hendak pergi ke Basrah dan tanpa sengaja sepada motor yang dikendarai Sinta menabrak seekor ayam yang sedang melintas bersama ayam lainnya.
“ Aduh . . . . , bagaimana ni ! ! !
Ayam yang kita tabrak mati di tempat, apa kita kabur aja. Tak lama kemudian sang pemilik ayam yang kami tabrak datang menghampiri kami dan dia berkata, “ Kalian sudah menabrak ayam yang selama ini saya pelihara mulai dari kecil sampai ayam ini besar yang sebentar lagi akan bertelur dan telurnya akan menetas menjadi anak dan anaknyapun akan tumbuh besar. Apa kalian sanggup mengganti ayam Bapak yang mati ini !
Negeri ini diperkirakan berdiri pada abad ke 17 sewaktu pemerintahan
Sulthan Mahmud Sah dari Aceh yang menguasai Indragiri. Tempat yang pertama yang ditunggu yaitu Koto Tuo tepatnya di daerah Durian Simat yang sekarang.
Di daerah ini terdapat sebuah mesjid yang dibangun masyarakat pendatang yang telah beragama Islam. Pada suatu ketika maka terjadilah suatu bencana yang menimpa mesjid tersebut. Bencana itu terjadi akibat perbuatan mesum manusia.
Mesjid yang telah berdiri dengan megah dan yang telah dibangun dengan susah payah akhirnya terbenam ke dalam tanah sehingga terbentuklah sebuah lubang besar. Dari lubang tersebut keluarlah pacat yang beribu- ribu banyaknya. Setelah kejadian tersebut meninggallah seorang bayi dalam ayunan akibat digigit pacat dan akhirnya masyarakat pun berpindah tempat. Tempat lama yang mereka tempati disebut Negeri Mesjid Tagubuih. Lubang bekas mesjid tersebut masih dapat kita lihat sekarang. Tetapi pacatnya banyak luar biasa.
Sebenarnya Baturijal terdiri atas dua kata yaitu Batu dan Rijal. Batu artinya keras sedangkan Rijal artinya Jantan, jadi Baturijal artinya batu jantan atau lebih tepatnya jiwa / watak yang keras .
Baturijal menurut sejarahnya sebagian berasal dari Provinsi Jambi, Aceh, Minang kabau dan Suku Pedalaman / Talang yang merupakan penduduk asli.
1.
Konon Baturijal adalah sebuah Legenda yang menurut ceritanya: ” Bahwa Baturijal adalah batu yang berasal dari Jambi. Yang datang ke Baturijal adalah Batu Betina sedangkan yang ada di Baturijal itu sendiri adalah batu jantan berwarna Hijau, maka disebutlah Batu Hijau / Baturijal.
Karena batu hijau tersebut sangat keras dan tidak bisa dipecahkan maka dinamakan baturijal atau Batu Hijau .Batu tersebut sampai saat ini masih bisa dilihat di daerah Gaung pada waktu air surut. Batu tersebut memiliki lubang mulut yang sangat besar yang di dalamnya ada buaya, tetapi buayanya tidaklah mengganggu karena itu buaya penunggu.
Diperkirakan batu tersebut panjang 15 meter dan memiliki badan sebesar 2 meter melingkar, sedangkan pecahan batu betinanya sudah tidak ada lagi ditemukan. Inilah sebabnya maka bahasa Baturijal mirib dengan bahasa dari Jambi, berdasarkan fakta sejarahnya bahwa sebagian penduduknya berasal dari Jambi.
Batu yang datangnya dari Jambi mengapa bisa berjalan ? ini adalah salah satu sebab akibat seorang anak perempuan yang tidak mau mendengarkan perintah ayahnya, dia hanya bisa membantah apa yang dikatakan ayahnya. Sedangkan ayahnya bernama Si Pahit Lidah, Si Pahit Lidah sudah berapa kali menasehati anaknya agar anak perempuannya tidak jadi pergi merantau.
“ Nak, janganlah kamu pergi merantau, nanti apabila kamu pergi merantau kamu akan mendapatkan musibah yang sangat besar menimpa dirimu. Bapak tidak mau kalau terjadi apa – apa sama kamu, Bapak takut kalau Bapak harus kehilangan anak perempuan Bapak.”
Tetapi si anak dengan kasarnya menjawab “ Tidak Pak , walaupun Bapak tidak memberi aku izin aku akan tetap pergi juga. Jadi percuma saja Bapak memberi aku nasehat karena aku tidak akan mendengarkan nasehat Bapak.” 2.
Dengan lancangnya si anak bicara sangat keras, tanpa memikirkan perasaan orang tuanya yang telah mendidik dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang, tetapi apa balasannya si anak malah membantah dan tidak mau mendengarkan nasehat ayahnya.
Mendengar apa yang telah dikatakan anaknya itu Si Pahit Lidah tidak sanggup lagi menahan rasa sedih . Hatinya pedih bagai di sayat sembilu, tanpa disadari air matanya telah bercucuran membasahi seluruh tubuhnya.
Si Pahit Lidah sangat sedih mendengar perkataan anaknya itu. Dalam hati ia tidak menerima perlakuan kasar anaknya. Karena tidak bisa menerima kelakuan anaknya maka pada saat itu juga Si Pahit Lidah berbicara sangat kasar kepada anaknya itu dan tanpa disadari dia telah mengutuk anaknya menjadi sebuah batu yang sangat besar.
“ Dasar anak durhaka, anak tak tau balas budi, apa ini balasan kamu kepada orang tua mu yang telah mendidik dan membesarkan kamu dengan penuh kasih sayang? Ternyata bapak salah menilai kamu selama ini , bapak pikir kamu adalah anak yang baik dan berbakti kepada orang tua, ternyata kamu malah menyakitkan hati orang tua kamu. Terkutuklah kamu menjadi sebuah batu yang sangat besar. Kata – kata itu keluar dari mulut sang ayah.”
Sedangkan anaknya yang lagi ada di dalam perjalanan tiba – tiba dia melihat awan di sekitarnya berubah menjadi gelap dan bergemuruh tanpa disadari anak perempuannya itu berubah menjadi sebuah batu besar.
“Tolong . . . . tolong . . . . tolong. . . .!, maafkan aku bapak aku baru menyadari bahwa kesalahanku ini sudah membuat bapak sakit hati”. Itu kata – kata yang terus keluar dari mulut anak itu sebelum seluruh badannya berubah menjadi batu. Tetapi semuanya telah terlambat “ nasi telah menjadi bubur ” . sekarang anak itu telah menjadi sebuah batu besar. 3.
Batu inilah yang berjalan karena terbawa arus air yang sangat deras sehingga sampai ke Baturijal. Di Baturijal batu betina ini bertemu dengan batu jantan dan akhirnya bertabrakan, di saat tabrakan itu terjadi , batu betina pecah karena dia tidak bisa mengalahkan batu jantan yang sangat keras dan sulit untuk dikalahkan / dipecahkan.
Maka dari situlah desa Baturijal disebut dengan Baturijal / Batu Jantan karena kekuatannya yang sulit untuk dipecahkan maupun dikalahkan. Dan sampai sekarang nama itulah yang disebut – sebut orang dan dijadikan sebuah nama desa Batu Rijal.
Pada umumnya masyarakat Baturijal, memang memiliki watak yang keras seperti dengan nama daerahnya “ Batu Rijal “. Kebanyakan masyarakat luar merasa takut untuk datang ke daerah Baturijal pada zaman dahulu, dan dari wataknya kita bisa mengkaji dari satu peristiwa yang pernah dialami, seperti yang pernah dialami oleh Sinta dan teman – tamannya.
Pada saat itu Sinta sedang melintasi daerah Baturijal hendak pergi ke Basrah dan tanpa sengaja sepada motor yang dikendarai Sinta menabrak seekor ayam yang sedang melintas bersama ayam lainnya.
“ Aduh . . . . , bagaimana ni ! ! !
Ayam yang kita tabrak mati di tempat, apa kita kabur aja. Tak lama kemudian sang pemilik ayam yang kami tabrak datang menghampiri kami dan dia berkata, “ Kalian sudah menabrak ayam yang selama ini saya pelihara mulai dari kecil sampai ayam ini besar yang sebentar lagi akan bertelur dan telurnya akan menetas menjadi anak dan anaknyapun akan tumbuh besar. Apa kalian sanggup mengganti ayam Bapak yang mati ini !
4.
“ Maaf ya pak kami tidak sengaja melanggar ayam bapak dan berapa kami harus membayar sebagai gantinya ? Kalian harus mengganti rugi Rp 50.000.
“ Apa ……… dak salah ya pak ? ayam yang kami tabrak kan gak begitu besar masak kami harus mengganti uang sebanyak itu ?
“ Apa kalian ngak mikir ya, walaupun ayam ini gak besar tapi sebentar lagi ayam ini akan bertelur, menetas , mempunyai anak, anaknya ini tumbuh besar, bertelur lagi. Berapa ruginya saya?
Sinta tidak ingin mencari masalah dan dia pun mengganti uang sebesar yang Bapak itu minta. Saat sekarang tidak ada lagi kita jumpai masalah seperti yang dialami oleh Sinta karena masyarakat Desa Baturijal sudah jauh berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.
Demikianlah sekelumit kisah tentang asal usul Batu Rijal yang Saya ceritakan ini Dan Cerita ini saya dapat dari Om JAMALUDIN DAN DATUK SULAIMAN . Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan, tokoh, dan dalam menceritakannya.
“ Maaf ya pak kami tidak sengaja melanggar ayam bapak dan berapa kami harus membayar sebagai gantinya ? Kalian harus mengganti rugi Rp 50.000.
“ Apa ……… dak salah ya pak ? ayam yang kami tabrak kan gak begitu besar masak kami harus mengganti uang sebanyak itu ?
“ Apa kalian ngak mikir ya, walaupun ayam ini gak besar tapi sebentar lagi ayam ini akan bertelur, menetas , mempunyai anak, anaknya ini tumbuh besar, bertelur lagi. Berapa ruginya saya?
Sinta tidak ingin mencari masalah dan dia pun mengganti uang sebesar yang Bapak itu minta. Saat sekarang tidak ada lagi kita jumpai masalah seperti yang dialami oleh Sinta karena masyarakat Desa Baturijal sudah jauh berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi.
Demikianlah sekelumit kisah tentang asal usul Batu Rijal yang Saya ceritakan ini Dan Cerita ini saya dapat dari Om JAMALUDIN DAN DATUK SULAIMAN . Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan, tokoh, dan dalam menceritakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar